Penyebab Infeksi saluran kemih
E. coli adalah penyebab dari 80–85% infeksi saluran
kemih, dan Staphylococcus saprophyticus menjadi penyebab pada 5–10%. Meskipun
jarang, infeksi virus atau jamur dapat menyebabkan penyakit ini. Bakteri
penyebab lainnya meliputi: Klebsiella, Proteus, Pseudomonas, Enterococcus dan
Enterobacter. Hal ini tidak umum ditemukan dan biasanya berkaitan dengan
abnormalitas saluran kemih atau pemasangan kateter urin. Infeksi saluran kemih
yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus biasanya terjadi sekunder akibat
infeksi yang ditularkan melalui darah.
Penderita cystitis dan pyelonephritis biasanya
mengidap bakteri dari usus (anus), umumnya bakteri aerobik gram negatif,
sedangkan gram positif relatif jarang.
Bakteri gram negatif tersebut adalah: Escherichia
coli (yang terbanyak), Klebsiella atau Proteus mirabilis, dan kadang-kadang
Pseudomonas aeruginosa. Sedangkan Enterobacter and Serratia dijumpai juga pada
pasien di rumah sakit.
Bakteri gram positif adalah: Staphylococcus saprophyticus
pada 5 sampai 10 persen pasien. Dan yang lebih jarang adalah Enterococcus
faecalis (group D streptococci) and Streptococcus agalactiae (group B
streptococci). Sedangkan di rumah sakit dijumpai pasien dengan bakteri coccus,
E. faecalis, and Staphylococcus aureus.
Untuk pertama kali terkena infeksi saluran kemih
yang hanya ditandai dengan gejala klinis, maka tidak diperlukan kultur urine
dan dianggap bakterinya adalah E. Coli, tetapi jika sudah terkena beberapa kali
dan tidak sembuh juga, maka perlu dilakukan kultur urine, karena seseorang
dalam hidupnya apalagi jika sampai berusia lanjut dapat terkena 5 atau lebih
jenis bakteri termasuk bakteri Staphylococcus saprophyticus yang relatif jarang
dan penderita tidak pernah memakai kateter urine padahal resistensi
antibiotiknya berbeda-beda untuk tiap-tiap bakteri. Mencoba-coba antibiotik
pada orang lanjut usia atau yang kondisinya lemah bukan tindakan yang
bijaksana, karena antibiotik pada prinsipnya membunuh bakteri-bakteri termasuk
bakteri baik sekalipun yang dibutuhkan tubuh. Kultur urine tidak murah, bahkan
bisa saja obat antibiotiknya lebih murah, apalagi kalau itu obat generik,
misalnya Chloramphenicol, ataupun obat brand generic yang sebenarnya adalah
obat generik yang diberi merek, misalnya Co Amoxyclav.
Jenis kelamin
Pada perempuan muda yang aktif secara seksual,
aktivitas seksual adalah penyebab dari 75–90% infeksi kandung kemih, dengan
risiko infeksi berkaitan dengan frekuensi hubungan seksual. Istilah
"sistitis bulan madu" dipergunakan untuk fenomena ISK yang sering
terjadi pada awal pernikahan. Pada perempuan pasca-menopause, aktivitas seksual
tidak mempengaruhi risiko mengalami ISK.Penggunaan spermisida, terlepas dari
frekuensi seksual, menambah risiko ISK.
Perempuan lebih rentan terkena ISK daripada
laki-laki, karena pada perempuan uretra jauh lebih pendek dan lebih dekat
dengan anus. Karena tingkat estrogen perempuan menurun seiring menopause,
risikonya terkena infeksi saluran kemih meningkat karena hilangnya flora vagina
yang melindungi.
Kateter urin
Kateterisasi urin meningkatkan risiko infeksi
saluran kemih. Risiko bakteriuria (bakteri dalam urin) adalah antara tiga
sampai enam persen per hari dan antibiotik profilaksis (pencegah) tidak efektif
dalam mengurangi infeksi yang bergejala. Risiko infeksi terkait bisa dikurangi
dengan hanya memasang kateter bila diperlukan, dengan menggunakan teknik
aseptik saat memasukkan, dan mempertahankan aliran kateter lancar dan tertutup
dari lingkungan sekitarnya.